Berawal dari kegalauan yang tak berujung

Di umur yang menginjak 25 tahun aku merasakan kegelisahan yang teramat sangat tentang pernikahan. Bukan hanya keinginan untuk segera menikah tapi orang seperti apakah yang tepat untuk menjadi pendamping bahagia hidup dunia akhirat ???. dari sinilah aku sadarr bahwa (untuk diriku sendiri) pacaran itu bukan solusi untuk menemukan pendamping hidup yang tepat.



Sebenarnya yang namanya pacaran itu gunanya untuk apa sih??? 

jawabanku... Gunanya punya pacar itu adalah punya teman untuk berkeluh kesah, bisa menyalurkan hobi piknik dengan pacar, teman ngobrol, bisa belajar caranya memberi perhatian pada pasangan, bisa tau rasanya berkorban, memang banyak sih manfaatnya cuman gak pentingnya juga gak kalah banyaaakk… marah- marahan, berantem gak jelas cm gara- gara wanita lain, cemburu berlebihan, nangis, dongkol, ngerusak mood, (emangnya pacar kita itu apaan sih?) sampe dilaranglarang sms an dan boncengan mesra sama wanita lain? Bisa sedih sampe nangis gara- gara merasa diabaikan? Emangnya kita ini siapanya pacar kok sampe gak mau diabaikan? Kan anehh!!


Yaudah sih nyante aja harusnya. Kenapa orang  pacaran itu justru hidupnya gak nyante?. Lihat pacarnya pergi sama cewek lain kok marahmarah, lihat pacar seruseruan sama wanita lain kok ngambek, pacar bohong kok gak terima? Pacar itu siapa sih dan untuk apa???

Setelah pacaran hampir 5 tahun dan setia dengan orang yang sama aku merasa bahwa  ini bukan alasan yang tepat untuk aku tetap meneruskan hubungan ini ke jenjang pernikahan tapi aku juga tidak ingin hubungan ini berakhir begitu saja. Apakah semua orang berpacaran dalam waktu yang lama mengalami problema yang sama?

Yakin! Seberapa lamapun pacaran aku merasa tidak mengenal seperti apa sebenarnya kenyataan tentang pacar. Selalu ada perubahan setiap harinya yang memperlebar jurang perbedaan. Aku tidak ingin menikah dengan orang yang memiliki banyak perbedaan denganku. Alangkah menderitanya nanti!. Aku ingin ada kesamaan sehingga bisa bahagia dengan pasangan tanpa ada salah satu yang harus terus berkorban, mengalah dan tertekan. padahal saat pacaran lebih  banyak waktu untuk saling menyakiti. Kalo sudah begitu kenapa masih bisa berfikir untuk menikah dengan pacar?,.

 Kalo tujuan pacaran untuk pernikahan brarti pacaran itu proses pembelajaran untuk pernikahan. Bodoh banget (diri sendiri). Pernikahan itu ibadah pada Tuhan sementara pacaran itu dibenci Tuhan. Nurut sama pacar = Dosa/ nurut sama Suami (positif)= pahala.  Layangapa sekarang akumasih pacarann?????? Bodoh bangettt!!

Udah sih ada yang ngelamar gitu lakilaki baik dan sholeh (standar sama kebaikanku dan kesholehahanku *lol) tapi kan aku masih punya pacar? Untuk apa pacarku? Haduuh lucu…

Kita sama- sama merasa gak cocokk banyak sekali ketidakcocokan dan hampir gak punya kesamaan, aku Cuma butuh lakilaki gentle yang simple dan enak diajak komunikasi (serius, bercanda, debat, berantem), kalo persoalan fisik yang standar sama keadaan fisikku aja gak minta yang berlebihan.  Tapi kalo pacar yang disana itu menyukai wanita kurus, pinter, dan nurut (dan itu bukan aku bangett). Kalo pacar diajak debat pasti dia gak mau dan merasa kalo dia ngomong itu jadi lebih banyak masalah. Dia juga gak suka ngobrolin masa depan, gak suka banyak bermimpi, dan gak suka melakukan hal diluar zona nyaman untuk wanitanya. Dia sendiri juga menyadari gak cocok sama aku… tapi kenapa tetap yakin kalo suatu saat kita akan menikah. Ini pernikahan apa uji nyali?? Entahlah… mungkin memang masing- masing dari kita harus banyak berkorban.

intinya kegalauan ini masih belum nemu ujungnya hhaa :) 

*tapi inget kata Allah kita dilarang berputus asa (ini galau aja gak pake putus asa *beneran hhee) 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

pantai GREWENG #FUNtasticFour #PRIVATbeach #KITA

Belahan jiwa?