SAYA
Bapak kaprodi yang terhormat, pasti bapak lupa siapa saya... tapi taukah pak? saya tidak mungkin bisa lupa dengan bapak.
Dari bapak saya belajar satu hal bahwa ada sesuatu yang tidak bisa kembali di dunia ini yaitu “kata-kata”. Kata-kata bapak terlalu membuat trauma di hati saya, kata-kata bapak yang keluar tanpa ada beban itu semua menambah berat beban hati saya.
Saya sudah berat menyelesaikan projek ini pak. Tesis yang selama ini tidak pernah saya bayangkan dan saya mampu mengerjakannya sampai pada tahap ini. Saya lelah… Dalam pikiran saya, seorang KAPRODI itu “membantu” Mahasiswa, memberikan dukungan batin bahwa kita semua bisa mengerjakan tugas akhir ini dengan baik. Bukan malah sebaliknya mencacimaki, memojokkan, meremehkan, menghina.
Saya tau bapak hampir mau muntah Karena muakk melhat hasil tesis karya saya ini tidak sesuai dengan standar bapak… buat saya jadi seperti standarmu pak, jangan sakiti perasaan saya lagi,,, Bapak dengan mudah dan tega “mengata-ngatai” tesis saya padahal bapak sama sekali tidak tahu menahu proses yang saya alami sampai akhirnya tesis saya selesai. Ini bukan waktu yang sebentar dan kerja yang mudah paakk!!!.
Oh.. apa karena saya ini bodoh sehingga bapak memandang saya sebelah mata. Apa karena saya dulu nya bukan Mahasiswa kampus ini?, karena saya dari swasta?... saya masih ingat sekali sewaktu bapak dengan puas dan bangganya mengatakan pada saya “kuliah disini itu tidak mudah, mbak!”.
Tidak usah dikatakan juga saya tau kok pak kalo kuliah disini ini tiidak mudah! Buktinya saya terlambat hampir dua semester gara-gara saya kuliah disini tapi saya happy2 saja… saya tidak apa-apa karena saya sadar kemampuan saya memang tidak mendukung saya untuk lulus tepat waktu.
Saya tidak apa-apa disalahkan, salahkan saja… pembimbing saya juga selalu melakukan itu… tapi kedua pembimbing saya tidak pernah menghina dan memojokkan saya, mereka sangaaattt menghargai saya, menghargai dan memotivasi saya seberapa pun kesalahan yang saya lakukan, pembimbing saya tidak pernah sekalipun meremehkan saya.bayangkan pak… kedua pembimbing saya membimbing saya hampir 1,5 tahun tanpa memojokkan saya… bapak gak mau tau kan? Taunya Cuma menghina…sakitt hati saya.
Saya tidak tau kapan luka hati saya ini akan sembuh…
Setahun lalu bapak sudah sangatt-sangatt melukai hati saya sewaktu ujian kompre… sampai saat ini luka hati saya masih membekass sampai akhirnya bapak gores lukanya semakin dalam…
Kejadian kompre itu sangat tidak adil. Memang saya salah… soal ujian untuk membuat RPP itu memang bukan hasil kerja saya melainkan hasil dari googling. Tapi masalahnya semua teman satu kelas juga melakukan hal yang samaaa… coba cek satu-satu pakkk!!!! Lalu kenapa saya sendiri yang dapet “hadiah” caci maki darimu pak?. Saya sudah mencoba memperbaiki bahkan sampai revisi 5 kali… bagi saya… saya sudah memperbaiki dan terus memperbaiki… kalau memang hasil RPP saya dulu tidak sesuai dengan yg bapak harapkan ya tolong beri tau saya dengan cara yang baik-baik pak.. saya masih bisa mikir kok pak.. saya bukan orang gila saya masih waras..saya akan dengan sangatt senang hati untuk memperbaiki… tapi justru apa yang bapak lakukan di luar nalarrr dan akal sehat saya. Saya teruss menerus disalahkan sampai saya menahan air mata dan sakit di dada karena tidak kuatt lagii rasanya nelongso di hati saya. Kata-kata bapakk lebih menyakitkan dari luka dan sakitt yg selama ini pernah menimpa saya. Kata-kata yang selalu saya ingat adalah ketika waktu itu saya mohon dengan sangat sopann pada bapak untuk memperbaiki RPP saya untuk kelima kalinya dan bapak mengatakan kepada saya
“Tidak usah, kemampuan kamu itu sudah sampai disini dan tidak akan pernah bisa dikembangkan lagi”. bapak katakan itu dengan muka kecut.
Setelah saya keluar dari ruangan bapak, saya benar-benar sudah tidak sanggup menahan air mata saya, menahan tangis saya yg membuat dada saya sangat sakitt. Saya menangiss tak terbendung lagi sampai teman-teman saya bingung tentang apa yg terjadi dengan saya. Bapak ingat kejadian itu? Saya tau bapak tidak mungkin ingatt. Itu semua kejadian di tahun lalu pak,, dan saya masih ingat dan masih terasa sakittnya…sampai detik ini!.
Daaann sekarang saya mengalami semuanya lagi bahkan lebih parahh! 2 Februari 2016 sekitar 11:30 WIB saya bertemu bapak semenjak saat itu saya benar-benar putus asa… saya sungguh tidak ingin bertemu dengan bapak lagiiii… cukuppp jangan sakiti hati saya lagi pak..cukupp kemarin saja saya terluka dengan kata-kata bapak…impian saya untuk daftar ujian musnahh sudahh impian saya untuk wisuda terasa sangatt mustahill. Saya benar-benar tidak ingin bertemu dengan bapak lagiiii tapi saya dipaksa“haarus” bertemu dengan bapakk supaya saya bisa lulus dari pendidikan terkutuk ini. Saya menangis pak membayangkan kekecewaan yang akan ada di wajah kedua orang tua saya. Kedua pembimbing saya sudah mengharapkan saya untuk ujian dengan begitu baikknya meluangkan waktu untuk terus membimbing saya sampai tesis ini selesai tetapi di tangan bapak semuanya sekarang berakhirr….
Pliss tolong saya pak ijinkan saya lulus semester ini, ijinkan saya wisuda gelombang ini, jangan sakiti saya dengan kata-kata bapak karena luka yg kemarin belum bisa saya sembuhkan. Saya mohon jangan persulit saya…apa susahnya bapak sebagai kaprodi… kenapa harus persulit saya yang selama ini memang sudah sulit.
Komentar
Posting Komentar